Latest Posts

Bismillah.


Beberapa teman bertanya kepada kita, tentang mengapa rela melepaskan gelar pendidikan, posisi prospektif, hingga gaji dua digit, setelah melalui perjalanan yg juga tidak singkat, dengan berakhir di rumah 'saja'? Mengurus dapur, sumur dan kasur. Menjadi seorang isteri dan ibu penuh waktu.

Kita juga dulu berpikir demikian, hingga suatu saat diingatkan tentang tugas sebagai hamba Allah di dunia, hanya dan hanya ibadah. Apakah semua yg sudah dilakukan, belajar tinggi-tinggi, berkarya kesana-kemari, menabung untuk berbakti, itu semua sudah ikhlas, mencari keridhaan Allah, dengan orientasi jangka panjang yg berdampak pada nasib di akhirat kelak? Atau sekedar berangan dunia, dan pengakuan manusia?

Kalaulah hati ini ikhlas, maka sejatinya kita tidak kehilangan apapun, tidak merugi sama sekali, bahkan ada peluang akselerasi dapat Ridha Illahi. Karena yg kita jalani saat ini juga ibadah dengan derajat yg tinggi. Semua berat, lelah, bosan, jenuh, dan pengorbanan-pengorbanan lainnya, insya Allah merupakan kebaikan yg juga akan dibalas kebaikan dengan jauh lebih sempurna, semoga, Syurga Nya. Toh kita tetap bekerja, berlelah-lelah di dunia, bukan untuk sesama hamba, melainkan untuk memenuhi kewajiban dari Rabb yg Maha Kuasa.

Meski tentunya, jika mampu menebar kebermanfaatan yg lebih luas jangkauan, setelah yg utama terselesaikan, maka insya Allah itu merupakan tambahan kebaikan yg menakjubkan..

 Bismillah.




Menjadi dewasa, Allah posisikan dalam berbagai peran yang boleh jadi tidak mudah; pekerja, pengusaha, pelajar, menjadi anak, menjadi pasangan, menjadi orangtua.

Fase tidak mudah ini adalah fase yang Allah bentuk agar kita mudah berserah diri sama Allah.

 

Kita belajar sekaligus diuji untuk tetap bergantung hanya kepada Nya.

Belajar untuk tidak menuhankan usaha, ilmu ataupun effort kita.

Belajar untuk surrender pada segala bentuk ketentuan Allah~

Karenanya, yang bisa lakukan adalah,

Melibatkan Allah dalam setiap proses.

 

Maka di usia dewasa ini, kita perlu banyak memantaskan diri,

Apakah kita pantas mendapatkan Ridha Allah?

Karena jika Allah Ridha, Allah melimpahkan kasih sayang Nya pada kita, mudah sekali bagi Nya menjadikan seluruh makhluk di langit dan bumi untuk menyayangi kita.

 

Yuk bismillah,

Niatkan segala sesuatu untuk taat kepada Allah.

Sehingga kita tidak perlu takut kehilangan apapun kecuali Allah

 Bismillah.

 


Laa ba'sa thahurun insya Allah

Yakini dan imani aja dulu segala ketentuan Allah, soal mengetahui atau engga hikmahnya, itu adalah kebaikan dari Allah memberikan ilmu kepada mereka yang dikehendaki.

 

Allah tidak pernah menciptakan sesuatu yang sia-sia.

Allah Al Hakiim, maha bijak, penuh hikmah.

Segala takdir Allah, pasti mengandung kebaikan dan kesempurnaan nama sifat Nya.

Maka mari belajar tentang hikmah sakit agar kita juga bisa lebih bijak menyikapi.

 

Purpose - alasan, tujuan

Purpose of pain? Ada banyak sekali kebaikan nya.

Sakit adalah cara tubuh untuk mengupayakan kembali keseimbangan. Karena dalam ilmu kesehatan holistik, sehat adalah seimbang. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah menyatakan bahwa tujuan pengobatan adalah menjaga keseimbangan antara energi (aktivitas pemanfaatan waktu) dan esensi (segala sesuatu yang masuk ke tubuh; termasuk ibadah, nutrisi, makanan, informasi, dll).

Seseorang sakit berarti keluar dari keseimbangannya. Adapun penyakit itu adalah upaya untuk kembali menuju keseimbangan tersebut.

 

Rahmat dan kasih sayang Allah tak terbatas.

Allah berikan kemampuan tubuh manusia untuk bisa menyembuhkan diri sendiri. The human body possesses an enormous, astonishing and persistent caapcity to heal itself.

Lihat bagaimana banyaknya ketidak-thayyiban yang kita masukkan ke diri kita, tapi kita masih bisa bernafas saat ini, menunjukkan betapa besarnya ampunan Allah dari dosa-dosa kita.

Maka sebenarnya, sakit adalah self-healing.

Tubuh kita menunjukkan bahwa diri kita sedang keluar dari keseimbangan.

 

Dalam hidup, kita punya banyak sekali pilihan yang limitless. Ga akan sanggup pikiran dan batin apalagi fisik kita. Maka inilah syariat Islam datang dengan batasan yang sehat agar kita ga pusing, ga cape. Seluruh ketentuan ini ada bukan untuk memenjarakan, ini adalah bentuk kasih sayang Allah untuk memudahkan kita, apalagi perempuan, dengan sangat spesifik untuk menjadikan kita seimbang, sejahtera, dan sehat. Namun, seseorang yang tidak punya kemampuan menerima dengan baik, dia akan melihat berkah sebagai musibah, nauzubillah.

Perempuan itu, lahir dengan kemampuan acceptance. Lihat bagaimana anatomi tubuh kita. Tubuh perempuan lebih terbuka, contohnya rahim, kita adalah tempat menerima. Kalau kita kehilangan fitrah itu, maka perlu diupayakan supaya kita bisa menerima kasih sayang Allah melindungi diri kita.

Kalau saat ini, perempuan banyak sakit, terutama auto-imun. Maka kondisi adalah cara Allah untuk menegur kita untuk kembali ke diri kita, menyadari fitrah kita. Oleh karena itu, yang kita berusaha sembuhkan adalah ketidaksadaran kita atas kondisi yang membuat tubuh kita, jadi harus sakit. Misalnya, kata Allah, siang adalah waktu untuk beraktivitas, dan malam untuk istirahat, tapi malah kita gunakan begadang untuk scrolling, nonton film secara berlebihan. Atau, makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan.

 

Maka ketika kita ga sadar batasan berlebihan itu di diri kita masing-masing, which is bisa beda-beda antar orang yang juga beda, maka timbullah penyakit, desease yang sebenarnya sedang meminta diri kita ga melewati batas. Maka kalau kita mau sami'na wa atho'na sama semua syariat Allah, selamat. Karenanya, Allah kasih kita penyakit sebagai kode bahwa kita sedang memiliki ketidaksadaran.

Kita merasa tersiksa dengan penyakit, padahal itu adalah cara Allah menyelamatkan kita dari hasil perbuatan kita sendiri. Kalau kita bayangkan berapa banyak toksin yang sudah kita konsumsi ngasal dengan standar kedokteran manapun, mustahil sebenarnya kita masih hidup, kalau bukan karena anugerah self healing yang Allah berikan. Racun dan bahan kimia di sekitar kita, makanan ga sehat, tidur ga teratur, ngikutin berita gosip, atau berita-berita yang membuat stress .. ko' bisa kita masih bertahan hidup kalau bukan karena kasih sayang Allah.

Kalaupun kita udah selalu makan sehat, tapi bolak-balik sakit, sedangkan tetangga kita yang tiap hari ngemil micin, tetep sehat-sehat aja. Inimah bukan karena Allah teledor, tapi sesungguhnya ada kebijaksanaan Allah disana, Allah Maha Tau apa yang terbaik buat masing-masing hamba-Nya. Da sakit juga bukan selalu karena makanan, kan? Walaupun iya, makan sehat adalah bagian dari upaya kita untuk support tubuh kita melakukan ketaatan.

 

Maka konsepnya:

(1) Sakit adalah akibat perbuatan kita.


 وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

[QS. As-Syuro: 30]

 

(2) Sakit adalah pembersih.

Dr. Natasha Campbell pernah menyatakan, kalau anak sakit, apalagi demam, itu adalah mekanisme tubuh untuk mendetoksifikasi diri.

Maka seharusnya, dengan pemahaman ini, kita jadi bersyukur, dan kita jadi lebih menerima kehadiran sakit tersebut. Demam itu bisa melatih imun kita untuk melawan parasit di tubuhnya. Banyak sel dan sistem tubuh yang dibersihkan dan diseimbangkan, sehingga ketika sembuh, dia akan jadi lebih sehat, insya Allah. Tapi kalau sekali kita abaikan, dia jadi datang lagi untuk menyelesaikan tugasnya.

Beda ya sama manusia yang kalau pekerjaan di kantornya belum selesai kemudian disuruh selesai malah seneng, tapi kasih sayang Allah ga terbatas, karenanya Allah datangkan pembersih itu lagi dan lagi sampai tugasnya selesai. Inilah kebijaksanaan Allah. Dan inilah motivasi datangnya penyakit, bukan karena mencari apa-apa, tapi beneran punya purpose untuk bebersih.

Maka kalau sekarang ini, kita sering sakit, kita perlu tanya ke diri sendiri, kenapa ko' tubuh kita perlu untuk sering sakit? Apa yang sudah kita lakukan yang membuat tubuh kita kotor sampai perlu sering dibersihkan melalui penyakit? Jadi jangan tanya kenapa Allah sering ngasih sakit?

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

“Janganlah Engkau mencela demam. Karena demam itu bisa menghilangkan kesalahan-kesalahan (dosa) manusia, sebagaimana kiir (alat yang dipakai pandai besi) bisa menghilangkan karat besi.” (HR. Muslim no. 2575)

Indah sekali diibaratkan dengan karat pada besi sebagai hasil oksidasi. Karena kalau tubuh kita teroksidasi, jadinya inflamasi. Besi bisa dihilangkan dengan dipanaskan supaya luntur karatnya, maka demikianlah fungsi demam bagi tubuh.

 

Jadi sekali lagi, ketika kita banyak toksin di tubuh, banyak masalah di pencernaan dan dibiarkan aja, kemudian tersirkulasi ke otak. Ketika semakin banyak, maka tubuh kita akan mengaktifkan mekanisme pertahanan melalui kejang. Karena kalau sampai ga ada kejang, maka akan masuk toksin tersebut ke otak, dan merusak otak.

Maka kalau orang-orang non Muslim di dunia saat ini banyak yang memperlakukan penyakit dengan sangat respect hanya karena ucapan para ahli, maka seharusnya kita sebagai Muslim lebih baik lagi responnya karena sudah diajarkan langsung dari Rasulullah . Dan, ga mungkin Allah ngasih tau sesuatu yang ga boleh dicela kalau bukan karena itu sesuatu yang baik.

Ada dosa tertentu yang boleh jadi ga bisa dihapus dan ga bisa diangkat derajat kita kecuali dengan penyakit. Maka inilah tanda kasih sayangnya Allah. Maka semoga Allah mudahkan kita dengan mengambil pelajaran dan manfaat dari penyakit yang datang pada kita, sehingga kita tau ilmunya, sadar, kemudian sabar, bersyukur dan Ridha insya Allah

 

(3) Sakit adalah pemandu.

Sakit adalah mekanisme kebijakan tubuh untuk kita memusatkan perhatian, membawa kesadaran, tepat ke bagian diri kita yang membutuhkan perhatian dan perbaikan. Karenanya, kalau kita mau merefleksi, kita bisa memulai perbaikan diri dari apa yang paling sakit atau paling mengganggu buat kita.

Kita kan, banyak ga sadar, apa yang harus diperhatikan dan diperbaiki? Inilah datang penyakit yang memusatkan perhatian dan kesadaran kita. Jadi ketika healing, yang kita sembuhkan bukan gejala penyakitnya, tapi ketidaksadaran kitanya.

Masya Allah, mekanisme sesempurna ini, siapa lagi yang bisa memberikannya kalau bukan Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang?

Rasa sakit ada untuk mengajarkan kita diri kita sejati. Know yourself, heal yourself, biidznillah. Kita ga akan sembuh sampai belajar tentang diri kita sendiri, dan penyakit yang mengarahkan kita tentang diri kita yang sejati, apa yang kita suka? Apa yang membuat kita bersemangat? Apa jangan-jangan kita gatau, hidup dari hari ke hari ya bertahan hidup aja? Kan bukan itu tujuan diciptakannya kita.


Penyakit datang ga pernah random.

Siapa yang paling pengen Allah perkenalkan ketika kita sakit? Diri siapa? Nama siapa? Sifat siapa? Siapa lagi kalau bukan Allah? Banyak orang yang sehat jadi lupa sama Allah. Dengan kita sakit, minimal kita istighfar. Kita jadi ingat lagi, Allah Maha Pengasih Maha Penyayang, Allah Maha Menyembuhkan, Allah Maha Pengampun.

Jadi sekali lagi, penyakit ini kemalangan kah? Atau sebenarnya kita yang kurang bersyukur? Allah menyayangi kita lebih dari siapapun; anak, pasangan, orangtua.

 

(4) Penyakit menuntut kita untuk rekoneksi.

Sakit bukan cuma soal sakit fisik, tapi juga di batin dan perasaan kita; anxiety, depresi, overthinking, dll.

Ini adalah kebijaksanaan, yang pada akhirnya, menunjukkan kita untuk rekoneksi dengan Allah.

Maka, laa ba'sa thahurun insya Allah

Bukan lagi tak mengapa, Alhamdulillah malah.

 

(5) Laa ba'sa? 

Tenang dulu. Tenang adalah separuh kesembuhan.

Kalau kita sadar kita panik, kita sedang butuh ketenangan. 

Gimana caranya? Meditasi? Atur nafas?


 الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

[QS. Ar-Ra'd: 28]

 

Jadi ketika sakit, inget Allah dulu.

Jangan langsung kepikiran, ini harus pakai obat apa ya? EO? Jamu? Homeopati?

Milih remedy herbal, Homeopati, bach flower, semua kan butuh petunjuk. Obat mah ada, banyak. Masalahnya kita gatau yang mana obatnya. Karena kita terbatas pengetahuannya. Maka dari itu, tenang dulu, mohon bersabar, inget Allah, minta petunjuk dari Allah.

Kalau sampai panik duluan mikirin ikhtiar, itu adalah petunjuk kalau memang, mengharapkan ikhtiar diri sendiri itu, unreliable. Kita berusaha mengandalkan diri kita sendiri. Padahal fitrah jiwa kita tau, deep down we know, bahwa kita ga bisa mengharapkan siapapun kecuali Allah. Itulah kenapa paniknya ga selesai-selesai, padahal udah dapat obat yang katanya paling ampuh, atau dokter yang paling ahli.

 

(6) Ikhtiar masukkan/ lakukan yang baik 

Tapi sekali lagi, butuh petunjuk. Karena kita gatau. Atau bahkan yang kita baik ternyata buruk. Karenanya kita butuh hidayah, bukan di google, bukan di kelas, bukan di pakar.. cuma di Allah.

Maka sebagai Muslim, selalu libatkan Allah. Jangan sampai, sudah banyak ilmu, herbal, kelas, guru, kita jadi jumawa, cukuplah aku sebagai penolong diriku. Tidak, ga akan pernah cukup. Allah bisa jadikan kita lupa atau bingung.

Jadi kita jalannya dibimbing, ada Allah.

Kita punya guidance.

Kita punya protector.

 

Kalau kita sakit, banyak toksin dan ketidaksadaran. Maka yang bisa kita lakukan adalah dengan mengiringi yang baik-baik. Istighfar, minta petunjuk Allah dulu. 

Baruu, beberapa hal yang bisa kita ikhtiarkan dari makanan (tapi cocok-cocokan):

Meat stock

Air kelapa

Rimpang

Bawang

EVCO

Madu

Air

Grounding

Sinar matahari

Asupan probiotik

Epsom salt, garam laut

Tidur

 

Lalu gimana dengan penciptaan makanan yang kurang thayyib?

Allah menciptakan sesuatu ga pernah sia-sia.

Tapi ga semua untuk kita, kadang bisa untuk hewan.

Atau, ujian untuk kita, tools untuk menguji kesadaran dan kesabaran kita.

Toh kita makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan.

 

(7) Sadar. Berilmu sebelum beramal.

Ikhtiar kesadaran adalah dengan belajar.

Idealnya, kita semua masing-masing belajar tentang diri kita sendiri, kenal dengan kebutuhan kita. Belajar agama utama, kemudian kita bisa belajar pengobatan untuk diri kita dan keluarga kita.

Semakin kita belajar dan kenal diri kita, kita akan jadi punya kluster herbal personal, p3k nya bisa beda-beda. Nah, yang mananya, kita butuh petunjuk. Orang yang uangnya banyak, bisa beli semua herbal dan oil, ga membuat dia lebih beruntung, kalau dia gatau mana yang cocok dan butuh. Bisa jadi ada orang yang cuma bisa beli sedikit tapi itu cukup, pas dengan yang dia butuhkan. Dan kalau sudah Allah cukupkan, maka selesai urusannya. Jadi ga perlu hasad.

 

Semoga Allah mudahkan kita untuk terus belajar dan belajar. Kita ga mungkin bisa sabar kalau ga punya cukup ilmu. Maka inilah motivasi belajar. Selain itu, Rasulullah juga menyampaikan bahwa menuntut ilmu itu memudahkan jalan menuju Syurga.

Ini sangat masuk akal, karena dengan berilmu, kita jadi punya modal kesadaran, dan kita jadi mudah untuk bersabar. Kemudian dengan bersabar dan menjalani prosesnya, kita akan jadi punya kemampuan bersyukur. Maka pada akhirnya, kita jadi bisa Ridha, dan semoga Allah juga Ridha sama kita, sehingga kita bisa masuk Syurga, insya Allah.

 

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ

(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

(sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.

[QS Ar-Ra'd: 23-24]

 

Jadi kalau saat ini kita dapat ujian sakit, atau keluarga kita sakit, dan kita bisa melihat ini adalah bentuk kasih sayang Allah. Maka semoga kita bisa masuk dalam kategori orang-orang seperti dalam ayat tersebut. Karena kalau kita bisa tenang, bisa mengingat Allah, bisa melibatkan Allah dalam setiap proses menghadapi penyakit, kita menjadikan diri kita teladan untuk bisa mengamalkan skill dealing with the pain. Terutama untuk anak-anak kita.

 

(8) Salaamun 'alaikum bisa shabartum.

Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.

Maka kalau hari ini kita belum sembuh, dengan berbagai ikhtiar yang sudah kita lakukan, jangan sampai terbesit dalam diri, "Allah ga adil". Sungguh Allah Maha Tau apa yang terbaik buat kita. Bisa jadi dengan adanya penyakit, kita sedang dilatih untuk belajar sabar, syukur dan Ridha, yang itu semua mengantarkan kita kepada keselamatan sejati.

 

Orang kalau ahli pengobatan tapi orientasinya dunia, itu tujuannya biar sembuh. Tapi kita, semoga, belajar ilmu pengobatan ini, gaya hidup sehat, bukan sekedar untuk sembuh, karena kita akan kecewa kalau ternyata akhirnya kita belum sembuh juga. Tapi ini semua, kita pelajari supaya kita bisa punya ilmu yang cukup untuk sabar, dalam menjalani takdir Allah kepada kita. Bisa bersabar dalam belajar sabar, bisa sabar dalam menjalani ketetapan Allah, bisa sabar dalam melihat kasih sayang Allah.

Sehingga ga mustahil orang yang mungkin kelihatannya menderita, sakit berkepanjangan, orang-orang yang disayangi wafat, dunianya seolah runtuh, tapi ternyata mereka ga menderita, cahaya mata mereka nampak bahwa mereka Ridha sama Rabb nya. Masya Allah.

Maka semoga, kita juga, ketika Allah uji dengan sakit, semoga Allah izinkan kita bisa menerima sakit itu, dan sebab sakit itu, kita jadi lebih mengenal Allah, jadi lebih Ridha, jadi lebih cinta sama Allah, yang pada akhirnya mengantarkan kita pada Syurga Nya.

 

(9) Ujian bukan kemalangan, tapi kasih sayang.

Karena ujian di dunia ga akan ada berhentinya

Dan inilah cara Allah untuk menyampaikan kabar gembira, tapi ada t&c nya: harus sabar, syukur, Ridha, dan akhirnya kembali ke Syurga.

Aamiin Allahumma Aamiin.

 

(10) Bagaimana mengamalkan?

Kalaupun tetap datang penyakit, maka imani, bahwa bisa jadi penyakit itu lebih bermanfaat, lebih selamat buat kita daripada sehatnya.

Kalau kita sudah belajar, ikhtiar, bahkan dapat ilmu dan masih struggle mengamalkannya, maka bisa jadi karena memang masih ada kotoran dalam hati kita.

Tazkiyatun Nafs.


Set niat yang ikhlas.

Minta sama Allah.

Ikhtiar yang terbaik.

Iringi dengan kerendahan hati.

Jangan letakkan harapan dan ekspektasi pada diri sendiri. Hanya kepada Allah.

Sehingga apapun hasilnya, kita ga kecewa.

Karena kita sadar, tugas kita hanya ikhtiar, perkara hasil itu adalah haknya Allah.

Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah.


-


Masya Allah, ujian dan rezeki kita telah Allah tetapkan secara personalized untuk masing-masing kita dengan penuh hikmah. Apa yang ditetapkan untuk kita tidak akan pernah meleset sedikitpun; takdir senang atau sedih, takdir sehat atau sakit, baik itu sakit fisik ataupun mental.

Begitu juga kesempatan beasiswa dari Umamy Bubby untuk mengikuti kelas Bubby dengan judul "Sakit: laa ba'sa thahurun insya Allah" bersama mbak Vidya Permadiputri. Alhamdulillahi Rabbil Alamin.

Setelah menyimak kelasnya, Masya Allah.. kita bukan hanya diajarkan bagaimana menangani penyakit dengan alami minim efek samping, tapi juga mengubah cara pandang terhadap penyakit dari yang tadinya musibah menjadi berkah, insya Allah.

Alhamdulillaah Barakallahu fiikunna Umam, mba Vid, tim Kelas Bubby dan tim Wholistic Goodness.. Syukran Jazakunnallahu Khayraa. Semoga Allah limpahkan berjuta juta kebaikan, rezeki yang tidak pernah kering dan habis, seperti air yang suci,air zam zam, air yang diberkahi.

Aamiin Allahumma Aamiin.

 Bismillah.

 


Tahukah kita?

Bahwa healing yang ideal adalah pulih untuk bisa terus mendekatkan diri kepada Allah, bukan malah menjauh dari Nya.

Maka Ya Allah, mudahkanlah kami melihat semua dari kacamata Iman.

 

Perasaan sedih, kecewa.. atau emosi apapun itu, adalah tanda, dan setiap perasaan punya cara handle nya masing-masing.

Kecewa adalah perasaan tidak tercapainya keinginan, adapun sedih adalah perasaan duka, kehilangan dan keputusasaan mendalam.

Perasaan ini jika tidak kelola dengan baik, atau denial, maka akan menjadi sampah yang malah menurunkan produktivitas.

Cara mengelolanya yaitu dengan menggali hikmah dan mengaktifkan kesadaran penghambaan pada Allah. Sehingga yang bisa kita lakukan adalah menyadari bahwa ini adalah petunjuk dari Allah untuk kita lebih dekat dengan Allah.

 

Yuk kita belajar dari anak kecil yang masih lebih dekat dengan fitrah. Mereka mudah acceptance. Mereka punya perasaan, tapi hanya dirasakan saat itu saja, tidak dibawa terus menerus.

 

Penyebab sedih:

- Kehilangan: berarti ada perasaan memiliki, padahal sejatinya, kita tidak pernah punya apapun, karena semua hanyalah titipan dari Allah di dunia ini.

- Suasana hati muram: merasa tidak berarti, padahal Allah menciptakan kita dengan misi yang jelas, menjadi hamba Allah yang memakmurkan bumi.

- Kesepian/ keramaian: sumber utamanya daribatin dan pikiran. Sehingga, sebanyak apapun apresiasi dan cinta orang lain, tapi kalau kita tajam ke diri sendiri, maka kita tidak akan merasa nyaman.. karena yang kita rasakan adalah kondisi dalam diri kita.. dan boleh jadi malah berpengaruh pada respon ke kondisi luar. Miliki self love yang baik dengan terkoneksi pada Allah. Karena yang dapat mengisi kekosongan hati hanya Allah.

- Ditolak: pengalaman masa kecil yang didramatisasi, dan ketahuilah bahwa setelah dewasa ini, kita bertanggung jawab dengan perasaan kita sendiri.

 

Muncul emosi sedih dan kecewa ini karena ada referensi (seperti, menonton film yang menunjukkan bahwa tanda kasih sayang adalah di iyakan semua keinginan), kemudian ekspektasi (seperti, oh berarti ketika meminta pada orangtua pasti akan diterima), kemudian membuat asumsi (seperti, orangtua saya tidak mau memberi yang saya minta, berarti saya dibenci atau tidak disayang), kemudian tersugesti sedih berkepanjangan dan beresiko depresi.

Adapun healing, di sisi lain, adalah menyadari, mengakui, menerima dan ridho. Setiap ada perasaan, maka disadari kondisi yang sedang dihadapi, diakui munculnya rasa tersebut, diterima dengan merespon apa yang memang seharusnya diperbaiki, kemudian meridhoi dengan memberikan persembahan terbaik sebagai hamba kepada Allah.

 

Penyebab kecewa:

- Luka masa lalu: ada masa kecil yang tercederai, pola pengasuhan yang tidak tepat, namun bisa disembuhkan dengan memperbaiki pola penghambaan.

- Perfeksionis: gangguan ingin segala sesuatu sesuai harapan diri sendiri, sehingga orang perfeksionis kaku dan mudah patah.

Padahal di dunia ini, tidak ada yang bisa kita pastikan. Kalaupun kita ingin perfeksionis sesuai Al-Qur'an dan Sunnah sehingga menjadikan kita ga lembut, ga berkasih sayang, ga santun, maka sebetulnya esensinya kurang tepat.. dan sungguh kita masuk Syurga bukan karena amal kita, tapi karena keridhaan Allah Ar Rahman, Ar Rahiim yang mengutus Rasulallah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk menyempurnakan akhlak mulia. Jangan mendahulukan ego dalam ibadah.

- Self-esteem rendah: nilai diri rendah di hadapan makhluk, tapi malah, sering lupa diri di hadapan Allah. Padahal masing-masing orang punya kelebihan dan kekurangan berbeda-beda.

 

Fast recovery:

- Memperbaiki relasi dengan Allah. Mutlak.

Semakin kita jauh dari fitrah penciptaan diri kita, maka akan semakin kosong diri kita. Perasaan tidak nyaman adalah kode batin, tanda awareness penyakit di jalur spiritual, yaitu jauhnya diri kita dari Allah. Kalau masih abai juga, maka tanda selanjutnya akan ditampakkan melalui fisik, karenanya biasanya saat sakit fisik, baru kita tunduk.

Teknik healing apapun jika tidak dikembalikan kepada Allah, maka akan tetap kembali ketidaknyamanan tsb. Sebaliknya, jika kita rekoneksi dengan Allah, maka bahwa tanpa teknik healing pun, insya Allah otomatis akan pulih dan lapang hatinya. Karena memang, hanya Allah yang Maha Menyembuhkan.

- Melepas kemelekatan pada makhluk.

Perasaan memiliki yang berlebihan harus dilonggarkan. Dunia tidak bisa digenggam terlalu keras karena dapat menghabiskan energi. Maka sewajarnya saja. Sesederhana, sayang kita pada orangtua, pasangan, anak, harus tetap mengutamakan sayang pada Allah.

Contohnya adalah keimanan saudara-saudara kita di Palestina yang kehilangan segala sesuatu faktor bahagia versi manusia.

- Berlatih melepas harap.

Meyakini bahwa meski kita punya keinginan, tapi yang tetep akan terjadi adalah apa yang Allah kehendaki atas diri kita. Perbanyak syukur. Kalau bersyukur, Allah tambahkan kebaikan, kalau kufur, adzab Allah pedih. Dan adzab di dunia bisa dalam bentuk kesempitan hati.

 

Pada akhirnya, segala perasaan berasal dari diri kita sendiri. Bukan salah orang lain, jangan menyalahkan.. Bahkan kalaupun kita diajak ke tempat paling indah di dunia, kalau perasaan kita sedang ga enak, jadinya ga menikmati..

 

Selalu ingat bahwa,

Saat kita sakit hati,

Sejatinya hati kita sedang memberi kode,

Bahwa kita sedang jauh dengan Allah,

Maka mendekatlah~


---


Alhamdulillah, Syukran Jazakumullahu Khayraa kepada Umamy Bubby dan tim Kelas Bubby atas pemberian beasiswa yang telah diberikan. Beasiswa ini telah memberikan kami kesempatan untuk mengikuti kelas yang sangat bermanfaat. Kelas "Memeluk Sedih dan Merangkul Kecewa" oleh Bunda Aniqq Al Faqiroh ini, dengan izin Allah memberikan kami banyak wawasan baru tentang mengelola emosi, khususnya sedih dan kecewa yang menjadi dilema untuk para ibu-ibu. 

Segala puji bagi Allah, kami sangat bersyukur atas kesempatan yang telah diberikan. Beasiswa ini membantu kami untuk belajar meningkatkan kualitas diri dan menjadi pribadi yang lebih baik sebagai hamba Allah. Semoga Allah mudahkan kami mengamalkan ilmu yang kami dapatkan dari kelas ini, insya Allah. Dan semoga Allah limpahkan rezeki yang barakah untuk pemberi beasiswa, Umamy Bubby dan tim Kelas Bubby.

Barakallahu fiikum.

 

 Bismillah.

 


Alhamdulillaah. Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah.

Segala puji bagi Allah. Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan dan izin Allah.

 

Setahun lebih menjadi seorang isteri dan ibu, setelah sebelumnya (dan seterusnya) menjadi anak bagi umi abi, membuatku merefleksi kembali, tentang peran ini.

Anak perempuan - isteri - ibu.

Bukankah seperti ini fitrahnya? Fitrah yang telah Allah persiapkan segala fasilitasnya dengan sempurna dalam ruh, akal dan fisik kita, Masya Allah.

Tapi kembali, aku teringat beberapa pertanyaan,

Apa benar menjadi seorang isteri sepenuhnya tentang memenuhi kebutuhan suami? Lalu bagaimana dengan kebutuhan diri sendiri? Masa' orangtua yang sudah membesarkan kita dengan darah dan air mata ini hanya berakhir mengabdikan diri untuk membantu pencapaian cita-cita sosok laki-laki yang baru kita kenal dalam beberapa tahun?

Apa iya menjadi seorang ibu berarti kita tidak bisa berkarya? Merelakan diri tidak melanjutkan pendidikan ataupun pekerjaan, atau minimal, menundanya, karena ada anak yang membatasi? Lalu kita harus setiap hari 24/7 di rumah saja mengurus pekerjaan rumah tanpa berkesempatan untuk aktualisasi diri?

 

Eh, betulkah?

Bukankah tadi di awal kita membicarakan tentang, peran isteri dan ibu yang sejatinya bertujuan untuk merawat fitrah perempuan?

Inilah gundah gulana yang mungkin banyak dirasakan oleh para isteri maupun ibu, baik yang baru, ataupun sudah lama, tapi tetap memendamnya.

Ini pula, yang akhirnya membuatku berusaha untuk mencoba mempelajari ilmu yang berkaitan dengan hal ini baik dari sisi syariat Islam maupun sains. Karena sungguh, hanya dengan ilmu, kita bisa berupaya untuk lebih sabar, sebagaimana pesan orang Shalih yg menjadi guru bagi Nabi Musa. Hanya dengan ilmu, seseorang jadi punya pegangan yang membuatnya yakin, sebagaimana Nabi Ibrahim yang terus mencari kebenaran tentang siapa Rabb yang patut disembah.

Maka mari, akhawati.. saudari-saudari ku yang kusayangi fillah, demikian juga para perempuan yang saat ini Allah tetapkan dalam peran sebagai isteri dan ibu, let's pour our mind and soul to this~

 

Sebagai seorang muslimah, sudah sepatutnya kita menyerahkan segala urusan dalam hidup dan mati kita merujuk pada referensi utama yaitu syariat Allah. Islam adalah agama yang membimbing kita secara menyeluruh dan menuntut dari masing-masing kita penyerahan diri secara total, holistik. Aslama-yuslimu-islaaman = surrender.

Oleh karena itu, hal pertama yang harus kita pikirkan adalah, niat kita. Sebagaimana banyak kitab hadist yang mengawali dengan topik pentingnya niat ini. Karena memang sepenting itu. Inilah yang akan menjadi energi penggerak kita. Baik buruknya proses hingga hasil, dapat dipengaruhi salah satu yang utamanya dari awalnya. Jika dari awal, air yang dialirkan sudah kotor, maka bagaimana kita berekspektasi ia akan jernih dengan sendirinya? Jika dari awal sudah tidak benar, maka bagaimana proses dan hasilnya akan benar juga?

Segala hal yang kita lakukan ini. Menikah, mengerjakan pekerjaan rumah, meninggalkan karir, hamil, melahirkan, menyusui, memasak, mencuci, bersih-bersih rumah, berusaha tersenyum meski sedang amat lelah, berusaha bangkit walau sakit, itu semua..

Untuk apa? Untuk siapa?

Mari kembali ke diri kita, belajar untuk jujur terhadap diri sendiri, karena bagaimanapun Allah Maha Tau. Dan jika Allah tau ada kebaikan dalam hati seseorang, maka Allah juga akan mudahkan kebaikan untuk datang padanya. Dan berlaku vice versa. Oleh karena itu, ketika kita mendapati hal yang ternyata tidak nyaman, jangan langsung dialihkan.. mari kita kembali ke diri sendiri, muhasabah, ada apa ini? Apa yang harus kita perbaiki? Karena masalah utamanya memang dari dalam diri kita. Sebagaimana kita bisa melihat orang-orang yang ujiannya jauh lebih besar, tapi bisa lebih tenang, bukankah ini bukti bahwa ketenangan bukan dari kepemilikan kita terhadap faktor-faktor bahagia versi manusia, tapi dari hati yang tulus dan ikhlas dipenuhi kebaikan, sehingga terpancar darinya keberkahan.

Who are you when no one see you (except Allah)?

Itulah diri kita sebenarnya. Diri kita yang sejati. Diri kita yang bebas dari pura-pura. Diri kita yang, kita sendiri yang tau, bagian mana yang perlu diperbaiki.

Belajar untuk ikhlas, melakukan kebaikan, berkata yang baik, tersenyum, rajin, suka berbagi, jujur, memenuhi janji, dan semuaaa kebaikan-kebaikan yang masih bisa kita lakukan sebagai wasilah pemberat amal kebaikan kita kelak di akhirat.

 

Namun, bagaimanapun juga, hidup di dunia tidak akan pernah selesai dengan masalah dan ujian, memang. Tapi.. yang harus selalu kita ingat adalah, seorang muslim tidak punya solusi kecuali Allah.

Tugas kita di dunia adalah melakukan yang terbaik sebisa kita, mempersembahkan amal yang paling indah, menjaga keseimbangan segala sesuatu sesuai porsinya, sebagaimana Al-Qur'an dan Sunnah mengajarkan kita. Karena ternyata, asal ketidak bahagiaan adalah ketidakseimbangan. Dzolim, yaitu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.

Dan tahukah kita, bahwa ternyata, menjadi seorang anak perempuan, isteri dan ibu sebagaimana yang telah lengkap panduannya dalam syariat, sudah sesuai dengan fisiologi penciptaan kita.

Perempuan yang secara fisik umumnya memiliki uterus (rahim) dan fleksibilitas tinggi sehingga memang telah Allah berikan fasilitas untuk beribadah dalam peran isteri dan ibu, yang punya kualitas feminin seperti acceptance dan source of love serta berpeluang untuk hamil, melahirkan dan merawat anak-anak.

Perempuan itu punya karakter tembaga, lentur..

Harus bisa fleksibel, dinamis. Fitrahnya engga kaku.. engga cocok perfeksionis.. tak seperti sekolah dan dunia kerja yg statis dan baku.

Inilah kualitas feminim yg harus disadari.

 

Dan kembali lagi, ini bukan soal keinginan kita. Seorang Muslim hidup di atas keinginan Allah. Hamil dan melahirkan, menjadi ibu adalah fase yg Allah takdirkan agar kita mudah berserah diri sama Allah.

Agar kita belajar untuk tidak menuhankan usaha, ilmu ataupun effort kita, belajar untuk surrender pada ketentuan Allah~

Belajar untuk melibatkan Allah dalam setiap proses.

Belajar untuk meniatkan segala sesuatu untuk taat kepada Allah, karena kalau memang niatnya bukan karena Allah, wajar engga Allah kabulkan.

Maka poin penting dalam hidup di dunia yg bisa jadi baru kita dapatkan setelah menikah dan memiliki anak adalah, sadar, ikhlas, surrender pada Allah. Menerima ketetapan Nya dan jalani hidup dengan pemberian terbaik.

Ketika kita melihat kehidupan dengan perspektif iman, maka semoga akan mudah bagi kita untuk mendapat hikmah kebaikan yg Allah ingin kita belajar dari ketetapan Nya.

 

Menjadi isteri dan ibu adalah karir tertinggi, karena atasan nya adalah Allah. Dan sebagaimana pekerjaan, kita harus profesional dan totalitas.

Sehingga setelah menikah dan menjadi ibu, kita tidak pernah kehilangan diri, tapi justeru Allah kembalikan kita terkoneksi pada kesejatian diri sendiri sebagai seorang perempuan, sebagai seorang muslimah. Adapun yg sebelumnya boleh jadi salah karena kita masih ego-sentris, yg seharusnya Allah-sentris.

Menjadi ibu, membuat kita juga belajar untuk memahami kebutuhan kita yg mungkin selama ini kita abaikan. Suka makan fast food, sering begadang, setiap ada perasaan selalu dipendam, dan sebagainya.

Dan setelah menjadi ibu, ada kaidah, what baby needs, mum needs it too.

Kita sebagai ibu jadi belajar untuk memperhatikan makanan yg kita konsumsi sebagaimana kita membuat MPASI se organik mungkin, merutinkan olahra sebagaimana kita mulai prenatal yoga saat hamil, belajar sambil mengajarkan time management, aturan, disiplin dan segala kebaikan yg kita usahakan untuk ditularkan pada anak kita.

 

Masya Allah, Masya Allah..

Ternyata tidak sesederhana itu yaa menjadi isteri dan ibu? Ternyata tidak sesimpel stigma menjadi ibu rumah tangga.. ternyata ada banyak sekali hal yg perlu kita perhatikan dan perbaiki.

Fyuuuh~

Membayangkannya saja sepertinya melelahkan ya?

Tentu!

Memanglah akan lelah, karena inilah dunia, tempat berlelah-lelah. Tempat beramal dan berbuat baik.

Sampai akhirnya kelak.. semoga Allah limpahkan kita dengan karunia untuk berisitirahat saat berpulang ke Syurga Firdaus Nya kelak.

 

Segala aktivitas kita dalam menjalani peran hamba Allah dan spesifik nya sebagai seorang isteri dan ibu sebagai peran yg Allah posisikan kita, kemudian beribadah dan berikhtiar, yuk kita niatkan agar Allah Ridha, bukan agar bahagia, karena kalau Allah Ridha, maka mudah bagi Nya melimpahkan kebahagiaan di hati kita. Bukan supaya anak dan suami sayang.. tapi supaya Allah Ridha, sehingga Allah mudahkan penghuni langit dan bumi sayang sama kita.

Maka sekali lagi, tentang menjadi isteri dan ibu, adalah kerja kita sebagai fastest and easiest track to Syurga, dengan upaya menjaga kesucian diri dan mendukung kiprah laki-laki di sekitar kita untuk menjadi pemimpin, menjadi imam, menjadi versi terbaik diri mereka, adapun kita menjadi makmum, berusaha turunkan ego, karena inilah yg utama, dan inilah shortcut menjadi wanita yg Allah muliakan, sebagaimana empat wanita pemuka ahli Syurga tauladan kita: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah istri Firaun..

Pada akhirnya, dicipta menjadi seorang hamba, yg Allah tempatkan di dunia, adalah menjadi Khalifah yang bekerja, dalam posisi apapun sebagai wanita; anak, isteri, hingga ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga, selama kita mengingat Allah dalam setiap upaya, maka semoga usaha yg ditempa menuju keridhaan Nya, membuat kita layak pulang ke Syurga Nya.

 

Dan sekali lagi, ini hanya tentang kita dan Allah.

Segala sesuatu hanyalah tools untuk Allah melihat bagaimana amal kita..

Apakah kita layak untuk kembali ke Syurga, dan kelak melihat wajah Allah yg Mulia..

Semoga Allah mudahkan kita semua di peran ini


---

Acknowledgment

 


Dalam perjalanan belajar untuk menerima peran sebagai isteri dan ibu, Allah memudahkan saya mendapatkan banyak sekali sumber ilmu melalui banyak arah yang tidak disangka-sanga. Alhamdulillah, sega puji bagi Allah yang telah membantu saya menemukan akun Ibu-Ibu Kota Hujan (IIKH) dan mengikuti Beasiswa untuk Ibu yang membuka jalan untuk menjelajahi dunia parenting melalui kelas idaman yaitu serial Wholistic Mamma. Kesempatan berharga dari IIKH ini, yang masya Allah sangat menginspirasi untuk akhirnya berbagi cerita melalui tulisan di atas.

Allah Maha Kuasa mempertemukan kita dengan seseorang yang membutuhkan uluran tangan kita. Lalu melalui orang tersebut, kita akan dipertemukan dengan orang lain lagi yang akan mengulurkan tangannya pada kita. Syukran Jazakumullahu Khayraa, terimakasih banyak IIKH, Bu Intan, Bu Dieta, dan Bu Dela atas dukungan dan kepercayaannya dalam perjalanan pemberdayaan para ibu di Bogor. Beasiswa ini telah menjadi cahaya peluang, menerangi jalan menuju pertumbuhan, pemahaman, dan hubungan yang bermakna bagi para ibu, Masya Allah Tabarakallah.

Masya Allah, luar biasa komitmen IIKH melalui investasi dalam pendidikan para ibu dan secara tidak langsung dalam kesejahteraan keluarga dan msyarakat. Dukungan IIKH tidak hanya membantu membuka pintu, tetapi juga mendorong komitmen untuk belajar selalu dan berbagi pengetahuan demi perbaikan bersama.

 

With love,

Aisyah As-Salafiyah.