Latest Posts

Krisis Identitas

By 06.26 , , ,

Bismillahirrahmanirrahim..

Aku baru saja melihat video Khawatir Khamsah di youtube, video itu merupakan sebuah acara tv Kuwait yang menampilkan sisi-sisi positif sebuah negara di setiap episodenya, dalam Khawatir Khamsah ini, negara yang hendak diambil ibrahnya adalah Jepang.

Baru beberapa episode yang kulihat, sudah banyak sekali faidah yang dapat kuambil, salah satu diantara hal penting yang patut kita teladani adalah tentang identitas diri.


Seperti, siapa kita? Apa yang kita lakukan dan untuk siapa kita melakukannya? Itu semua akan menunjuki kita identitas diri kita yang sebenarnya.

Apakah itu? Maksudku, apakah identitas kita? Tentu saja fitrah kita akan menjawab Islam.

Ya, Islam.. agama Rahmatan Lil Alamin.. agama yang telah diridhai oleh Allah dan diterimanya, agama yang dibangun atasnya segala sesuatu, dimulai dari pertanyaan paling sederhana, seperti darimana kita berasal dan untuk apa kita disini? Sampai tuntunan menjalani hidup yang bermakna serta tentang tujuan kita, yakni akhirat.. kehidupan kedua kita, Islam telah menjelaskan secara rinci apa saja bekal yang harus disiapkan dan bagaimana proses perjalanan kita menuju akhir.

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita bersyukur mendapat nikmat hidayah yang tidak terkira ini, Tabarakallah..

Salah satu cara bersyukur kita adalah tahadduts bin ni'mah, yaitu membicarakan / menampakkan (sebagian) nikmat yang telah Allah karuniakan pada kita, tapi tentu dengan batasan-batasan tertentu, maksudku, tidak berlebihan juga karena dikhawatirkan hal itu dapat menjerumuskan kepada sifat sombong atau riya, Naudzubillah Min Dzalik..

Tahadduts bin ni'mah disini misalnya dengan berpakaian yang bagus dan rapi, sehingga orang lain dapat melihat kita yang notabene muslim dengan citra yang baik, karena kita seorang muslim, kita juga memiliki amanah untuk menunjukkan bahwa Islam itu baik, sekalipun kita melakukan kesalahan, maka orang lain akan melihat bahwa itu memang kesalahan kita, karena muslim lain tidak melakukan sepertimu dan mereka akan tahu bahwa Islam agama yang sempurna, namun kita tidak.

Misalnya saja tentang teroris, banyak yang masih menyangka bahwa muslim yang berjenggot dan celana non isbal (diatas mata kaki) dan muslimah yang berhijab syar'i bahkan memakai cadar merupakan ciri-ciri teroris, katanya karena ada beberapa teroris yang berpakaian seperti kita, lantas kita secara umum dianggap teroris, sebenarnya, adilkah? Padahal hanya beberapa orang yang melakukan aksi terorisme itu, itupun hanya untuk menutupi kedok mereka.. karena sejatinya, agama kita tidak pernah memerintahkan yang demikian, kita tidak akan pernah melakukan seperti itu, mereka hanyalah orang-orang yang salah pehamanan dalam beragama, dan itu murni kesalahan mereka pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan kita yang hanya berusaha melaksanakan perintah agama, Islam agama damai dan sempurna.. Bukankah ada pepatah yang mengatakan, "don't judge the book by it’s cover"? Begitupun menjudge sebuah kertas putih itu ternoda karena ada 1 titik hitam disana itu merupakan keputusan yang salah.

Padahal jika umat muslim bersepakat untuk menunjukkan identitas yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, dimulai dari pemikiran, perkataan, perlakuan, kebiasaan sampai kepribadian, maka insya Allah tidak ada lagi anggapan-anggapan negatif seperti ini, sekalipun ada, insya Allah intensitasnya berkurang dan kita kuat dalam menghadapinya bersama. Mungkin memang ada beberapa perbedaan satu sama lain, tapi pasti ada persamaan diantara kita, kalaupun terlalu jauh perbedaannya, maka paling tidak kita masih berada dalam lingkup yang sama, yaitu Islam, fitrah kita.

Bersatu kita teguh, kan? Maka alangkah baiknya jika kita memperhatikan agama kita bersama dan kita kesampingkan segala perbedaan itu, karena sejatinya umat muslim itu kuat, tapi sangat disayangkan, terlalu banyak perpecahan didalamnya, sehingga amat mudah bagi para musuh Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam, bagai musuh dalam selimut, percayalah bahwa kita adalah keluarga besar, saling bersaudara dalam ikatan Iman, tak ada pembatasan usia, bahasa dan warna.


Kembali ke pembahasan identitas. Perlu diketahui, orang Jepang sangat loyal dengan negaranya, mereka melakukan segala sesuatu dengan maksimal demi kemajuan negara mereka, bahkan mereka menerapkan motto 'hari ini harus lebih baik dari kemarin dan besok harus lebih baik dari hari ini', karena mereka tau, dengan bersama mereka kuat dan mampu membuat perkembangan drastis, dan setiap orang memiliki kesadaran dari diri sendiri bahwa mereka mempunyai tanggung jawab untuk negara mereka, sehingga apa yang bisa mereka lakukan untuk negara mereka, mereka akan lakukan dengan sepenuh hati. Lalu bagaimana dengan kita? Seberapa loyal kita pada agama kita?

Bukankah motto indah itu telah dipraktekkan oleh nabi kita dan para sahabat beliau dulu? Mana pengaruhnya pada diri kita? Bukankah sudah seharusnya kita meneladani mereka? Bukankah kemajuan umat Islam juga ditentukan oleh kesadaran diri bahwa kita juga memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi di dalamnya? Kenapa banyak muslim yang terpengaruh media yang secara tidak langsung berusaha menomorduakan agama? Padahal bahkan, yang lebih penting bagi kita adalah membawa nama baik Islam kita dibanding nama baik diri kita pribadi. Kenapa? Karena sejatinya Islamlah yang menjadi wasilah atas semua hal yang kita dapatkan, banyak hal yang tak dapat dinilai oleh materi, diantaranya yaitu kebahagiaan.

Jangankan tentang negara, tentang makan saja, orang Jepang sangat berpegang teguh dalam menggunakan sumpit dimanapun dan kapanpun (kecuali beberapa makanan yang hanya bisa menggunakan sedok, seperti sup), termasuk saat mereka pergi ke negara lain. Beberapa dari mereka berkata, "mencoba sesuatu yang baru itu menyenangkan, tapi bagaimanapun, budaya Jepang lebih penting dan harus diutamakan"..

Padahal sebenarnya Islam kita telah mengajarkan hal yang lebih rinci dari mereka, misalkan adab makan, dimulai dari membaca doa, duduk, menggunakan tangan kanan (tanpa sendok), mengambil yang terdekat, menjilati jari-jari setelah makan, menghabiskan makanan, sampai membaca doa setelah makan. Bukan hanya beridentitas, tapi juga mendapat pahala karena semua itu sunnah, apalagi bila makan kita diniatkan ibadah, yaitu agar mendapat tenaga untuk beribadah, Masya Allah.

Memang karena sunnah, tidak ada dosa bila meninggalkannya, tapi alangkah indahnya bila dengan identitas seperti ini kita memperindah diri.

Bila bicara kenyataan zaman sekarang, terutama di Indonesia, menurutku umat Islam sangat krisis identitas. Karena, jangankan yang sunnah, yang wajib saja masih ada yang tidak melaksanakan. Contoh simpelnya tentang hijab, abaikan dulu alasan sebagian muslimah yang masih belum mau memakainya. Sekarang, jika kita melihat 2 orang wanita tak berhijab (katakanlah di sebuah pusat perbelanjaan), maka darimana kita bisa tahu kalau salah seorang diantara muslimah? Padahal dia adalah saudari kita, tapi jika tidak beridentitas seperti itu, bagaimana kita bisa menyapanya?

Ada banyak kenyataan lain yang tak dapat kusebutkan semua disini. Tapi hikmah yang dapat kita petik disini adalah, sudah seharusnya kita memiliki identitas muslim, paling tidak dengan melaksanakan yang wajib dan akan lebih baik jika yang sunnah juga. Karena dengan identitas muslimlah, akhlak yang baik, prestasi dan nama baik menjadi salah sebagian sarana untuk berdakwah. Bukankah dakwah tidak selalu dengan ceramah ataupun tulisan?

Mengingat nasihat salah seorang sahabat muslimahku di Russia, "dalam berdakwah, nasehat memang baik, tapi jangan mendesak apalagi memaksa, tunjukkan saja bagaimana sikap seorang muslim".



Wallahu A'lam.
Dari catatan HP.

Bogor, 16 Agustus 2015

You Might Also Like

3 comments

  1. Selamat siang Mba Aisyah, kami dari NYINDIR.COM ingin mengajak Anda bergabung dengan kami sebagai Kontributor/Penulis. Apakah Mba tertarik? mungkin untuk ngobrol-ngobrol mba bisa menghubungi email saya Nisaalfarizi@gmail.com. Terimakasih

    BalasHapus
  2. setuju dengan kalimat terakhir. karena menurut saya, cara terbijak menasehati/mengajak seseorang kepada kebaikan adalah dengan menunjukkan/mencontohkannya kebaikan tersebut. mudah-mudahan jika niatnya baik, hasilnya juga baik :)

    BalasHapus

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah